kaktus dan ulat

ada kala kita terjatuh dan terperosok dalam jurang keputus asaan seolah semua gelap dan tak ada lagi tempat...

aku pun pernah mengalami hal yang sama, saat share bareng emak.. beliau hanya mengirimkan pesan yang membuatku tersadar.. begini isinya

 ..kadang kita meminta pada tuhan setangkai bunga yang indah, tapi tuhan  berikan kaktus berduri..
kita meminta kupu-kupu tapi diberikan ulat bulu..
kita pun sedih, kecewa bahkan marah.
namun kemudian kaktus itu berbunga, indah sekali.
ulat itupun bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang cantik..
itulah jalan tuhan..
indah pada waktunya..
tidak memberikan apa yang kita harapkan tapi memberikan apa yang kita butuhkan..

hidup

Hidup itu adalah proses belajar.
Belajar bersyukur meski tak cukup..
Belajar memahami meski tak sehati..

Belajar ikhlas meski tak rela..
Belajar bersabar meski terbebani..
Belajar setia meski terpaksa.

Belajar dengan keyakinan setegar karang..

Tapi sudah menjadi kodrat, hati seperti gelombang air laut, pasang surut dan sering terbawa arus..
Semua kembali pada diri sendiri..

pak lurahku gagah lhooo

tiba-tiba saja pak lurah datang menjenguk kami, setelah hampir seminggu kami berada di penampungan.

tak ada kata yang terucap. hanya air mata yang mengalir perlahan dari sudut matanya melihat musibah yang kami alami

" aduhhh.. papaaa..."

tampak seorang remaja memegang kakinya yang terantuk kursi.

"heyyy.. KAMU KAMU KAMU !!!! jangan diam saja, cepat tolong anak saya bawa ke rumah sakit !!! "

bentak pak lurah pada para bawahannya.

dan dengan segera ia menghilang bersama kami bersama raungan sirene ambulans.

parodi siang ini

hufft .. keluhku seraya menyeka keringat

dengan langkah gontai kulangkahkankan kaki keluar,

memenuhi tuntutan perut yang sedari pagi belum diisi.

kusambangi warung tak jauh dari tempatku tinggal.

selain dekat, juga murah.. itulah alasanku tetap setia dengan warung itu.


sepi...


tak kujumpai siapapun di ruang 3x3 ini, kecuali seorang paruh baya dengan suara

radio yang setia menemaninya..


" makan dik ?? " tanyanya ramah.

" Iya pak.. menu biasanya saja.."


segera sang bapak menyiapkan menu yang biasa aku pesan.

maklum, dengan isi dompet yang pas-pasan dan kondisi ekonomi yang serba sulit begini, ga bisa

seenaknya memanjakan lidah.. yang penting kenyang, itu saja dulu..



terlihat olehku kotak kecil di ujung meja,

berwarna hitam dengan tiga digit angka berwarna emas yang terpampang.

beberapa puntung rokok mengisi asbak disampingnya.


" ini dik, monggo " ucapnya membuyarkan kegiatanku.


segera kusibuk dengan kegiatan memamahbiak.

tak lama, seorang wanita bergegas masuk menghampiri lelaki itu.

seorang balita tak hentinya menangis dalam gendongannya.


" ada apa tho kok adek nangis-nangis ??? "

" pak e... susu si adek habis, trus si mas njalok duit buat bayar SPP ma buku tulis baru "


risih juga aku dibuatnya, diruangan sekecil ini siapapun bisa mendengar pembicaraan mereka

terdorong rasa penasaran, ku lirik si bapak.

dengan telaten dan sabar ia mendengarkan laporan istrinya.

tangannnya meraih kotak hitam itu, mengambil sebatang dan kemudian mulai merokok.


"bu... sekarang jaman lagi susah. apa-apa serba mahal. warung juga lagi sepi,

jadi kita harus pandai-pandai berhemat.. coba deh ibu kasih pengertian ma si mas tuk sabar dulu

bapak lagi ga ada duit buat beli semua itu, juga buat susu adek.." jawabnya panjang lebar

seraya sesekali menghembuskan asap rokoknya.


aku hanya bisa tertegun seraya terus menunduk seolah tuli,

segera setelah kutuntaskan santap siang, kujulurkan beberapa lembar ribuan

dan  cepat-cepat meninggalkan sebuah drama keluarga siang ini.

sungguh sebuah parodi yang nyata.




siang di perantauan.

siapa yang salah???

di sudut dekat jendela....

A : " ehh gue mo cabut yah... bete nih... lu bedua bantuin gua yah... "

B : " okee..."      seraya mengacungkan jempol

C : "eh lu jangan langsung maen cabut aja.. tu orang ntar lagi dateng.. sabar dikit menn..."

sesaat kemudian seorang tua masuk... dan mengabsen satu persatu yang hadir di ruangan itu

"bagus semua lengkap ga ada yang alpa pagi ini"  ia tersenyum puas

hiduplah tuk hari ini

Terdengar teriakan di pagi buta,tentu saja bikin ga nyaman ,pagi2 buta teriak2 ngeselin banget..

Ternyata tu orang abis mimpi buruk..

Mimpi ketemu malaikat maut.. Nah lho..
Stelah cerita ini itu dan itu ini, tu orang tanya dia harus ngapain, 

si orang bijak bilang banyak2 lah berbuat baik,

"emang itu pertanda yah?"

orang bijak menjawab "jodoh,rejeki,mati itu rahasia ilahi"

"trus kapan manusia mati??"

"biasanya saat usia lanjut,tapi tak jarang saat masih balita"

dasar tu orang kepala batu,masih aja tanya

"trus kapan aku akan mati? Saat usia brapa?"

mungkin jengkel juga kali ya di tanyain gitu,emang ga ada topik lain apa, kan rada serem juga topiknya,

lagipula itu kan rahasia ilahi..

Akhirnya di jawab

"andai malaikat maut menjemputmu besok, maka jatah hidupmu hari ini, kalo lusa brarti jatahmu tinggal hari ini dan esok..  Jadi manfaatkanlah hidupmu hari ini karena esok adalah misteri.."

mobil kalah ma jam tangan

kaget..

yah kata itu yang pas saat aku baca posting di salah satu blog..
Ternyata ada jam tangan yang katanya lebih mahal dari mobil Ferrari…
edan tenan... mobil sekelas ferrari euy.. kalah ma jam tangan



Pasti ga bakalan percaya sebelum kamu liat baca sendiri disini

What are you looking for

".. detik demi detik berlalu...
..ada tawa ada tangis...
..hidup memang tak pernah sama..
..pasti hidup ini akan berakhir.."

penggalan lagu ini mengingatkanku bahwa ternyata hidup ni hanya singkat
terlalu singkat tuk di ratapi... terlalu sayang tuk di lewatkan begitu saja.
lantas terlintas di benakku... apa yang aku cari di dunia ini.. apa yang aku kejar.. apa apa dan apa



mimpi

yah mimpi dan impian yang telah membuatku bertahan dalam kerasnya dunia ini
mimpi dan impian pula yang ingin aku capai dalam dalam hidupku yang singkat ini

pucuk-pucuk mimpi yang berubah menjadi nyata
dicumbui impian yang membuat kita terlupa
terlupa akan rasa lelah, rasa sakit yang siap mendera dan cobaan yang siap menghadang

life may not be the party we hope for,
but while we're here we shouldf dance